Oleh: Fadmin P Malau
Jangan terkejut membaca judul tulisan ini, “Hari Menanam Pohon dan Berpotensi Serap Karbon“. Hari Menanam Pohon yang diperingati pada 28 November setiap tahun selalu diperingati dengan aksi menanam pohon. Mungkin agar sama dengan judul peringatannya, hari menanam pohon. Ya, menanam pohon lah.
Kemudian diorasikan dengan menanam pohon untuk melestarikan lingkungan. Benar, tidak salah. Namun, menanam pohon bukan hanya untuk melestarikan lingkungan akan tetapi untuk manusia dan semua makhluk hidup di dunia ini.
Hari Menanam Pohon hari untuk manusia sebab untuk manusia bisa hidup dan juga untuk bisnis berkelanjutan. Buktinya, bisnis yang tidak berorientasi kepada lingkungan membuat bisnis itu tidak berkelanjutan. Aktivitas bisnis yang merusak lingkungan justru akan mempercepat aktivitas bisnis itu terhenti sebab bisnis itu hanya mementingkan keuntungan sesaat, bukan bisnis yang berkelanjutan.
Perkembangan bisnis pada dasarnya sama dengan perkembangan sebuah pohon yakni ditanam bibitnya di tanah (investasi), kemudian tumbuh dan bertunas. Lantas berkembang menjadi tanaman kecil yang siap untuk besar.
Proses tumbuh dan berkembangnya sebuah pohon sama persis dengan pertumbuhan dan perkembangan sebuah bisnis apa pun itu namanya. Mulanya bisnis itu kecil, kemudian berkembang menjadi besar dan setelah itu berkembang terus sehingga mendirikan banyak cabang bisnis dan dari banyak cabang bisnis itu lahir ranting-ranting bisnis itu sehingga melahirkan satu holding atau perusahaan (bisnis) besar yang memiliki banyak cabang dan ranting.
Kini terbukti, umat penghuni dunia mulai berlomba memperdagangkan karbon. Menanam pohon punya kaitan erat dengan karbon, jadi bukan hanya untuk melestarikan lingkungan saja, bukan hanya membuat lingkungan sekitar menjadi segar, nyaman dan manusia bisa menghirup udara segar, bebas dari polusi udara. Menanam pohon memiliki multi manfaat bagi manusia. Luar biasa manfaat pohon buat manusia, dari hal yang kecil sampai hal yang besar.
Mari kita lihat sebatang pohon bisa menghasilkan Oksigen (O2) 1,2 Kg/hari sedangkan manusia membutuhkan minimal 0,5 Kg Oksigen/hari dan melepaskan Karbon Dioksida (CO2) ketika bernafas. Coba kita hitung berapa banyak manusia bisa dihidupi sebuah pohon. Kemudian satu pohon besar bisa menyerap 1 ton Karbon Dioksida (CO2) yang dilepaskan manusia ketika bernafas maka jika manusia menanam pohon sebanyak 20.000.000 pohon maka akan menghasilkan 260.000.000 ton Oksigen (O2) dan akan menghilangkan 10.000.000 ton Karbon Dioksida (CO2).
Kemudian hitungan itu terkait dengan efek rumah kaca karena adanya penumpukan gas CO2 di atmosfer yang menyebabkan berlubangnya lapisan atmosfer. Bila banyaknya pohon di hutan akan menyerap 3,7 ton CO2 dan mengubahnya menjadi 2 ton O2 untuk manusia maka terjadinya efek rumah kaca bisa dicegah. Sedangkan penghasil gas CO2 terbesar adalah pabrik, terbesar kedua adalah kendaraan bermotor dan akibatnya di dunia terjadi hujan asam karena gas CO2 bercampur dengan Sulfur yang sangat membahayakan bagi tanaman dan semua makhluk hidup di dunia ini, terutama manusia.
Berdasarkan pengamatan Bianpoem (1997) pohon dengan luas 300 x 400 meter bujursangkar dapat menurunkan kadar partikel debu dari 7.000 partikel/liter menjadi 4.000 partikel/liter. Pohon juga mampu meningkatkan air tanah karena per daun jarum dapat mengikat air tanah hingga 60%, sedangkan pohon berdaun lebar dapat mengikat air tanah hingga 80%. Pohon dapat mencegah bencana longsor sebab pohon mampu menahan pengikisan tanah pada gunung karena pohon bisa menahan partikel hujan sehingga tidak langsung menyentuh tanah. Secara alami pohon menjadi tempat berlindung berbagai jenis hewan peliharaan dan hewan liar termasuk juga manusia.
Pohon juga memberikan makanan kepada banyak hewan dan memiliki nilai ekonomi karena bahan berbagai property rumah. Pohon menghasilkan kayu menjadi bahan baku membuat berenekaragam perabot rumahtangga, bahan baku membuat kertas (paper) dan diperkirakan masih ada lebih dari 15.000 produk yang diproduksi dari bahan baku kayu yang asalnya dari pohon.
Kehadiran sebatang pohon memiliki arti besar bagi semua makhluk hidup, terutama manusia. Namun, manusia pula yang selalu menebang pohon tanpa berpikir kerugian yang ditimbulkan dari menebang pohon. Manusia (Adam dan Hawa) belum ada di bumi ini tetapi tetapi pohon sudah ada.
Hal itu sesuai dengan ilmu pertanian yang menyebutkan semua tanaman budidaya hari ini dahulunya adalah tanaman liar yang tumbuh dengan sendiriya di hutan-hutan belantara. Ketika itu manusia mudah memperoleh bahan makanan di bumi ini. Kini, ketika jumlah manusia sudah lebih lima milliar di bumi ini maka membudidayakan atau menanam tanaman menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Dalam hutan pasti terdapat banyak pohon maka hutan merupakan penyerap karbon terbesar di Bumi. Aneka ragam tanaman yang tumbuh di hutan berperan besar dalam mengurangi emisi karbon. Sebuah studi yang baru terbit pada Jurnal Nature pada 13 November 2023 lalu, memperkirakan bahwa hutan mampu menyerap sekitar 226 Gigaton (Gt) karbon.
Studi yang melibatkan ratusan ilmuwan di seluruh dunia, dipimpin Crowther Lab dari ETH Zurich, Swiss menyoroti pentingnya restorasi global yang mencakup konservasi aneka ragam hayati hutan dan pengelolaan hutan berkelanjutan. Penelitian tersebut menggabungkan beberapa pendekatan yang bersumber dari darat dan data satelit.
Tujuannya untuk mengevaluasi skala potensi karbon hutan global di luar lahan pertanian dan perkotaan. Para peneliti menekankan bahwa potensi itu dapat dicapai dengan memberi insentif pada upaya berbasis masyarakat guna mencapai target iklim dan promosi keanekaragaman hayati internasional.
Disebutkan keragaman hayati menyimpan potensi besar mengurangi karbon. Diketahui, jumlah total karbon yang tersimpan di hutan berada 328 Gt di bawah kondisi alaminya. Di luar wilayah yang digunakan untuk lahan kehidupan manusia, hutan mampu menyerap sekitar 226 Gt karbon di wilayah rendah jejak manusia. Ada sekitar 61 persen (137,8 Gt karbon) dari potensi penyerapan tersebut dapat dicapai dengan melindungi hutan yang ada agar dapat pulih hingga dewasa. Sisanya, sebesar 39 persen (88,2 Gt karbon) dapat dicapai dengan menggabungkan lanskap hutan yang terfragmentasi karena telah ditebang, melalui pengelolaan dan restorasi ekosistem berkelanjutan.
Mengutip dari laman ETH Zurich, Lidong Mo, pemimpin studi dari Institute of Integrative Biology, ETH Zurich mengatakan bahwa sebagian besar hutan di dunia telah mengalami degradasi parah. Untuk memulihkan keanekaragaman hayati global, mengakhiri deforestasi harus menjadi prioritas utama. Para peneliti menyoroti upaya restorasi yang mencakup keanekaragaman spesies alami tujuannya untuk meningkatkan potensi penangkapan karbon.
Restorasi bukan berarti penanaman pohon massal untuk mengimbangi emisi karbon. Restorasi hutan bertanggung jawab secara ekologis global, juga mencakup konversi ekosistem lain yang secara alami tidak memiliki hutan. Menurut Constantin Zohner, peneliti senior di ETH Zurich, restorasi global bukan hanya soal pepohonan akan tetapi juga harus melindungi keanekaragaman hayati alami di seluruh ekosistem termasuk padang rumput, lahan gambut, dan lahan basah yang sama pentingnya bagi kehidupan di Bumi.
Studi tersebut menyoroti pentingnya hutan alami dan restorasi ragam hayati agar dapat berkontribusi terhadap 30 persen potensi penyerapan karbon. Namun, para peneliti juga mencatat bahwa upaya tersebut perlu diiringi dengan pengurangan emisi karbon. Semakin banyak emisi yang dikeluarkan oleh manusia, maka semakin besar ancaman alam seperti perubahan iklim, kekeringan, kebakaran, dan pemanasan global yang justru mengancam produktivitas hutan.
Studi dari Institute of Integrative Biology, ETH Zurich dapat diterima karena terbukti pohon penghasil oksigen terbaik. Semua pohon merupakan penghasil oksigen (O2) terbaik dan ternyata Pohon Trembesi merupakan pohon yang paling terbaik dalam menghasilkan oksigen.
Pohon Trembesi tidak saja menjadi tanaman peneduh terbaik, ternyata Pohon Trembesi juga sebagai penghasil oksigen (O2) terbaik yang sangat luar biasa. Hasil penelitian membuktikan bahwa pohon Trembesi yang ditanam di atas lahan satu hektar dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen (O2) yang mampu memenuhi kebutuhan oksigen untuk 1.550 orang per hari. Disamping itu pohon Trembesi juga terbukti mampu menyerap 2,5 ton karbondioksida (CO2) per tahun atau 6 kilogram CO2 per batang per tahun.
Pohon Trembesi juga unggul dalam menanggulangi banjir sebab mampu menyimpan 900 meterkubik air tanah per tahun dan mampu menyalurkan (mentransfer) 4000 liter air per hari. Dengan sirkulasi air yang ada di pohon Trembesi diproyeksikan tanaman ini mampu menurunkan suhu 5-8 derejat Celcius. Dari data-data hasil penelitian ini dapat dikatakan Pohon Trembesi luar biasa untuk kelestarian lingkungan.
Semua pohon penghasil oksigen terbaik dan semua kita (manusia) pengguna oksigen terbesar karena setiap detik harus bernafas untuk bisa hidup di dunia ini. Artinya, tanpa kehadiran oksigen yang cukup manusia tidak bisa bernafas lega. Bila manusia sudah tidak bisa bernafas maka bisa dipastikan manusia itu akan mati.
Memperingati Hari Menanam Pohon selalu ditandai dengan menanam pohon untuk kelestarian lingkungan. Namun, sesungguhnya berdasarkan fakta-fakta yang ada dan berdasarkan hasil penelitian tentang pohon maka memperingati Hari Menanam Pohon pada dasarnya memperingati hari untuk manusia agar bisa bernafas lega di bumi ini. Bila manusia bernafas lega maka manusia itu beraktivitas untuk melangsungkan kehidupannya. Selamat Hari Menanam Pohon selamat buat kehidupan manusia di bumi ini.@
Sumber: EGINDO.co