Dekarbonisasi menjadi prioritas dalam melakukan pembangun infrastruktur di Indonesia dimana prioritas itu juga menjadi prioritas bagi PT Nindya Karya dalam melakukan aktivitasnya.
Hal itu dikatakan Direktur Utama (Dirut) PT. Nindya Karya, Ir. Moeharmein Zein Chaniago, ketika belum lama ini memberikan sambutan pada Workshop Dekarbonisasi yang digelar oleh Forum QHSE BUMN Konstruksi Indonesia (FQHSE-BKIN) di Jakarta Japan Club, Wisma Keiai, Jakarta.
“Dekarbonisasi merupakan salah satu prioritas dalam program pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030,” kata Ir. Moeharmein Zein Chaniago M.Eng.
Dalam sambutannya, Direktur Utama Nindya Karya, menekankan pentingnya dekarbonisasi karena kini bahwa dekarbonisasi merupakan salah satu prioritas dalam program pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Menurutnya dekarbonisasi merupakan tantangan besar bagi industri konstruksi, namun juga merupakan peluang untuk menciptakan inovasi dan efisiensi. “Oleh karena itu, kita harus bersama-sama berkomitmen untuk mewujudkan dekarbonisasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia,” kata Moeharmein menegaskan.
Dalam workshop tersebut, para peserta mendapatkan materi mengenai berbagai aspek dekarbonisasi dalam pembangunan infrastruktur, mulai dari aspek teknis, ekonomi, hingga sosial.
Adapun materi disampaikan tentang dekarbonisasi oleh para pakar dari berbagai bidang dan instansi, salah satunya Vice President QHSE dan Customer Satisfactions, PT Nindya Karya, Hana Fajrianti, menyampaikan bahwa PT Nindya Karya telah melakukan beberapa upaya dalam usaha mengurangi karbon, seperti hadirnya Nindya Calculator for Carbon Footprint.
Selain NICAF (Nindya Calculator for Carbon Footprint), Nindya Karya juga telah menyusun roadmap implementasi Internet of Things dalam mendukung konstruksi hijau seperti Construction Site Monitoring, Site Security & Surveillance, Automatic Dam System, Structural Health Monitoring, dan beberapa pengembangan teknologi lainnya.
Selain Moeharmein, turut hadir dalam workshop tersebut Direktur Keberlanjutan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ir. Kimron Manik M.Sc, Presiden Direktur Jetro Jakarta, Masakazu Takahashi, dan Kepala BoD Forum QHSE-BKIN, Ir. Subkhan, M.PSDA.
Langkah Inovatif Atasi Dampak Karbon
Nindya Karya telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi dampak karbon dalam sektor konstruksi. Dengan menciptakan Nindya Calculator for Carbon Footprint (NICAF) dan merencanakan penggunaan Internet of Things (IoT), perusahaan berusaha menjadi pionir dalam upaya dekarbonisasi.
Sedangkan NICAF adalah alat kalkulasi yang memungkinkan perusahaan untuk menilai jejak karbon proyek konstruksi mereka. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 29% pada tahun 2030.
Selain itu, PT Nindya Karya juga merancang rencana penerapan IoT yang mencakup teknologi seperti Construction Site Monitoring, Site Security and Surveillance, Automatic Dam System, dan Structural Health Monitoring.
Dekarbonisasi merupakan tantangan besar bagi industri konstruksi, namun juga merupakan peluang untuk menciptakan inovasi dan efisiensi. Langkah inovatif PT Nindya Karya dalam mengurangi karbon di sektor konstruksi mendukung upaya pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan terus mendorong inovasi dan komitmen pada dekarbonisasi, perusahaan Nindya Karya berperan penting dalam menciptakan infrastruktur yang ramah lingkungan untuk masa depan Indonesia.@
Sumber: EGINDO.co