Upaya Asian Pulp and Paper (APP) Group untuk menargetkan penurunan emisi karbon sebanyak 30% dengan nama Sustainable Roadmap Vision 2030 dan hal itu telah menjadi komitmen perusahaan dalam mendukung ekonomi berkelanjutan.
Chief Sustainability Officer APP Elim Sritaba menjelaskan bahwa APP Group merupakan pabrik pulp kertas, tisu, dan packaging di Indonesia dengan market produk lebih dari 150 negara, yang kini telah menggunakan hutan tanaman industri untuk menghasilkan produk-produknya.
Dalam hal aktivitasnya bahwa pada tahun 2013, APP Group membangun komitmen bernama Sustainable Pragmatism sebagai suatu strategi sustainability hingga tahun 2020, dimana pada saat itu, address 10 priority topics, lalu 2020 diperpanjang menjadi Sustainable Roadmap Vision 2030. Roadmap 2030 itu fokus ke decarbonization menghasilkan low carbon product. Target kita pada saat itu, yaitu bagaimana kita bisa menurunkan carbon emission 30% pada semua operasional kita.
Elim memaparkan bahwa kebanyakan industri pabrik kertas seperti APP Group menggunakan sistem pembakaran batu bara sejak 50 tahun yang lalu. Sehingga perlu diperhatikan, energi seperti apa yang tepat untuk menurunkan carbon emission. Sudah saatnya orang mencari renewable energy apa yang menjadi pengganti dan semenjak dari yang 2020 APP Group sudah mulai memperbanyak campur batu bara dengan biomas. Kemudian, proses pembuatan bubur kertas dari kayu, ada getah pohon dalam prosesnya. Jadi, dia tidak dipakai dalam bubur kertas, tetapi diekstrak kembali secara sistem untuk dicampur dalam bahan bakar.
“Kulit kayu itu bagian dari biomas, dan kita sudah sekitar 50% biomas. Khusus pulp and paper ini tidak mudah, ungkapnya, karena APP Group menjadi salah satu industri yang membutuhkan atau menghasilkan emisi cukup tinggi dalam upaya efisiensi. Pertama, jadi jangan membakar melebihi yang dibutuhkan itu kita pastikan di setiap lini production. Jadi, ada ukuran-ukurannya, indikatornya dan target untuk memastikan efisiensi tercapai. Kedua, baru kita mengeksplor pilihan-pilihan tadi. Pilihan pertama tentu biomas, tetapi mesin yang sudah di desain untuk membakar batu bara tidak semerta-merta langsung boleh ganti biomas, karena secara kalori berbeda,” kata Elim menjelaskan.
Menurutnya, dengan membakar satu ton batu bara, kemudian diganti dengan satu ton biomas, menghasilkan energi atau output yang berbeda. Sehingga diperlukan banyak biomas dengan desain mesin yang perlu dimodifikasi, karena pembakaran dengan boiler sendiri cukup mahal dalam investasinya.
APP Group tetap berkomitmen dalam kontribusi memunculkan target-target penurunan emisi karbon. Dunia melihat bahwa planet kita ini sudah rapuh, kalau tidak bersama-sama semua memikirkan dan perusaahan besar (private sector) juga harus peran yang paling penting untuk berkontribusi. Nah, itu lah yang me-trigger kita harus memikirkan dan kita juga sedang mencoba beberapa pilot untuk mencoba biomas,” katanya menegaskan.@
Sumber: EGINDO.co