Penyerapan Karbon

Penyerapan karbon (praktek menghilangkan karbon dari atmosfer dan menyimpannya) adalah salah satu dari banyak pendekatan yang diambil untuk mengatasi perubahan iklim. Artikel ini akan menjelaskan mengapa metode ini digunakan dan berbagai cara di mana karbon diserap dan disimpan.

Mencegah pemanasan atmosfer bumi yang lebih lanjut membutuhkan upaya bersama oleh umat manusia. Dari mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar penghasil karbon hingga menetapkan target emisi nol bersih pada tahun 2050, setiap solusi yang berpotensi adalah penting jika kita ingin menghentikan perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bersamaan dengan transisi ke sistem energi bersih dan praktek dekarbonisasi sektor padat emisi – seperti sektor konstruksi atau transportasi – umat manusia melakukan upaya bersama untuk menghilangkan karbon dari atmosfer dengan mengadaptasi cara kita membangun, mengonsumsi, bepergian, dan menghasilkan energi. Tetapi metode seperti penyerapan karbon menunjukkan bagaimana kita dapat bekerja dengan alam untuk mengatasi krisis iklim.

 

Bagaimana cara kerja penyerapan karbon?

Penyerapan karbon adalah penangkapan, penghilangan, dan penyimpanan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer bumi. Metode ini diakui sebagai metode utama untuk menghilangkan karbon dari atmosfer bumi.

Hal ini sangat penting karena sekitar 45% CO2 yang dikeluarkan manusia tetap berada di atmosfer, yang merupakan faktor utama di balik pemanasan global. Penyerapan karbon dapat mencegah emisi lebih lanjut yang berkontribusi pada pemanasan planet ini.

Penyerapan karbon pada dasarnya dapat terjadi dalam dua bentuk: secara biologis atau geologis. Selain itu, meskipun didorong secara artifisial melalui berbagai metode biologis dan geologis, penyerapan itu juga terjadi secara alami di lingkungan dalam skala terbesar.

 

Apa itu Penyerapan Karbon secara biologis?

Penyerapan karbon secara biologis terjadi ketika karbon disimpan di lingkungan secara alami. Ini termasuk apa yang dikenal sebagai ‘penyerap karbon’, seperti hutan, padang rumput, tanah, lautan, dan sumber air lainnya. Ini juga dikenal sebagai bentuk penyerapan ‘tidak langsung’ atau pasif.

 

Hutan

Hutan dan daerah perhutanan dianggap sebagai salah satu bentuk terbaik dari penyerapan karbon alami. CO2 mengikat tanaman selama fotosintesis dan menukarnya dengan oksigen yang memurnikan emisi.

Rata-rata, hutan menyimpan karbon dua kali lebih banyak dari emisinya, dan diperkirakan 25% emisi karbon global diserap bersama hutan dalam bentuk vegetatif lainnya, seperti padang rumput (ladang, semak belukar, dll.).

Oleh karena itu, melindungi lingkungan alami seperti itu sangat penting untuk memastikan penyerap karbon menangkap CO2 secara efektif. Deforestasi merupakan ancaman terbesar bagi proses alami ini, seperti halnya aktivitas konstruksi atau pertanian intensif.

 

Tanah

Melalui rawa dan gambut, karbon dapat ditangkap dan disimpan sebagai karbonat. Karbonat ini terbentuk selama ribuan tahun saat CO2 bercampur dengan elemen mineral lainnya, seperti kalsium atau magnesium. Akhirnya, karbon dilepaskan dari bumi, tetapi tidak untuk waktu yang sangat lama – setelah lebih dari 70.000 tahun dalam beberapa kasus.

 

Lautan

Lingkungan perairan dan lautan yang luas juga merupakan penyerap CO2 yang efektif. Mereka menyerap sekitar 25% CO2 yang dipancarkan dari atmosfer bumi. Karbon ini sebagian besar tersimpan di lapisan atas lautan. Namun, terlalu banyak kandungan karbon dapat mengasamkan air dan menimbulkan ancaman bagi keanekaragaman hayati yang berada di bawah laut – sekaligus menjadi alasan lain untuk mendekarbonisasi atmosfer kita.

 

Apa itu Penyerapan Karbon secara geologis?

Penyerapan karbon secara geologis terjadi ketika karbon disimpan di tempat seperti formasi geologi bawah tanah atau batuan. Proses ini sebagian besar buatan atau ‘langsung’, dan mewakili cara yang efektif untuk menetralkan emisi di dalam aktivitas manusia, seperti proses produksi pabrik atau konstruksi.

Karenanya sebagian besar proses tersebut bergantung kepada teknologi, dengan inovasi terbaru menunjukkan karbon diserap dengan lebih efektif pada skala yang lebih besar. Berikut beberapa contoh proses tersebut:

 

Produksi Graphene

Produksi graphene membutuhkan CO2 sebagai bahan baku. Meskipun terbatas pada industri tertentu, graphene ini banyak digunakan dalam produksi perangkat teknologi yang kita gunakan sehari-hari, seperti ponsel pintar atau prosesor komputer.

 

Rekayasa Molekul

adalah ilmu yang terbilang baru, dimana ilmuwan dapat mengubah bentuk molekul menjadi senyawa baru dengan menangkap karbon dari udara. Dalam aplikasinya, proses ini dapat menghadirkan cara yang efisien untuk menciptakan bahan baku sekaligus mengurangi karbon di atmosfer.

 

Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS)

CCS melibatkan penangkapan CO2 yang dihasilkan oleh pembangkit listrik atau aktivitas industri, seperti pembuatan semen atau baja. CO2 ini kemudian dikompresi dan diangkut ke fasilitas bawah tanah yang dalam, di mana ia disuntikkan ke dalam formasi batuan untuk penyimpanan permanen.

 

Bagaimana penyerapan karbon dapat ditingkatkan?

Kita semakin dekat untuk mengembangkan teknologi yang memungkinkan penyerapan karbon terjadi dalam skala besar. Jika karbon dapat ditangkap melalui aktivitas apa pun yang dapat mengimbangi emisi, hal ini akan membantu kita menjadi karbon netral dengan lebih cepat.

Cara paling sederhana untuk meningkatkan penangkapan karbon adalah dengan mendorong alam lingkungan kita untuk tumbuh sambil melestarikan apa yang sudah ada. Reboisasi, penanaman kembali, atau reklamasi lahan pertanian akan memungkinkan penangkapan karbon dalam skala terbesar, seperti halnya menghilangkan polutan dari laut, danau, dan samudra.

 

Kunjungi Situs Web Kami (www.dekarbonusantara.com)

DEKARBON memiliki solusi untuk membantu Anda menghitung, memantau, dan mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang terkait dengan organisasi, fasilitas, dan produk Anda.